BUDIDAYA IKAN NILA ( Oreochromis niloticus )
1. SEJARAH SINGKAT
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk
tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila
berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah
tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis.
Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik
Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging
ikan kakap merah.
Bibit ikan didatangkan ke
Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun
1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas
Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia ikan nila telah dibudidayakan di seluruh propinsi.
3. JENIS
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah
(nirah) dan nila albino.
4. MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
5. PERSYARATAN LOKASI
a) Tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat
dibuat pematang/dinding kolam.
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
b)
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah
sampai agak tinggi (500 m dpl).
d) Kualitas air untuk
pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang
disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila
kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat
berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung
Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan.
Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur
dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan
tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
e) Debit air untuk kolam air
tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan
nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
f) Nilai keasaman air (pH)
tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang
optimal adalah antara 7-8.
g) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 oC.
h) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per
mil.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam
usaha budidaya ikan nila tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1
kolam, 2 kolam dlsb).
Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila
antara lain:
a) Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
Kolam ini
berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang
luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2.
Adapun syarat
kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 oC; kedalaman air 40-60 cm;
dasar kolam sebaiknya berpasir.
b) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam
tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm.
Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam
pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
Kolam
pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih
selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan
beberapa kolam pembesaran, yaitu:
1. Kolam pembesaran tahap I
berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini
sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter
persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen,
sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi
gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung
dijual kepada pera petani.
2. Kolam pembesaran tahap II
berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam
tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5
cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter
persegi.
3. Pembesaran tahap III
berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm
dengan luas 500-2.000 meter persegi.
d) Kolam/tempat pemberokan
Pembesaran ikan
nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai
2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan
kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan pula
untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah
diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit
selebar 1- 1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
2) Peralatan
Alat-alat yang
biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala,
waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk
maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala
kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi
disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan
untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang
halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm,
tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk
mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang
bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara
terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari
alumunium/bambu, oblok/delok (untuk
pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih
ukuran 10 cm keatas), anco/hanco
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
(untuk
menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser
(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat
(untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud
dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan,
terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media
pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa
hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar
sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu
urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga
ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15
gram dan 10 gram/meter persegi.
6.2. Pembibitan
1) Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
a) Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar
dengan kwalitas yang tinggi.
b) Pertumbuhannya sangat cepat.
c) Sangat responsif terhadap makanan buatan yang
diberikan.
d) Resisten terhadap serangan hama, parasit dan
penyakit.
e) Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan
perairan yang relatif buruk.
f) Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu
120-180 gram lebih per ekor dan berumur
sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk
membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut: a) Betina
1. Terdapat 3 buah lubang pada
urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak
jelas.
3. Warna perut lebih putih.
4. Warna dagu putih.
5. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b) Jantan
1. Pada alat urogenetial
terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan
jelas.
3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
4.
Warna
dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
5. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah
kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat.
Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga
diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang
diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode
kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang
dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila
betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
a) Secara manual (dipilih)
b) Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
c) Merangsang perubahan seks dengan hormon
d) Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua
cara.
1. Perendaman
2. Perlakuan hormon melalui pakan
2) Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk
menghasilkan burayak (anak ikan).
b) Memelihara burayak
(mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar. Usaha pembenihan
biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan
dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut
induknya disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah
menetas disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya
3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah
dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat
8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur
2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi
selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan
berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
6.3.
Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan
dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur
beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan.
Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air
diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun
pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas
hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai
kapur
panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha.
Pupuk kandang
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
ditabur dan diaduk dengan
tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air
pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2
ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan
dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan
air lagi sampai kedalaman 80- 100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk
ikan.
1) Pemupukan
Pemupukan
dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara
pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh
dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap
daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan
dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul
dan diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha.
Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga
dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk kandang sebanyak
300-1.000 kg/ha.
Kemudian semprotkan Migro Tambak (campur air secukupnya) dengan dosis
20ml/100m2, biarkan selama 1 hari.
Pupuk Urea dan
TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur
terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam.
Kemudian masukan air dengan ketinggian 5 – 10
cm. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm, berikan kembali
Migro Tambak dengan dosis 0,02 ppm
(20 ml/100m2), campur dengan air secukupnya Kemudian tebar merata pada permukaan
kolam. Setelah
sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan
perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai
banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga,
cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam
diatur sedalam 75-100 cm. Pemberian Migro Tambak susulan harus dilakukan 2
minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis dan kualitas air
menurun. Berikan Migro Tambak secara merata pada permukaan air tambak/kolam
sebanyak 0,02 ppm (2 liter per hektar). Adapun frekuensi pemberiannya setiap 2
(dua) minggu sekali. Pemberian Migro Tambak saat pemeliharaan bertujuan untuk
memacu tumbuhnya plankton sebagai pakan alami.
2) Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah
merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di
dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua
itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu
pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan
lemak
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
tidak lebih dan 3%.
Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam
pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan
daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air
seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3%
berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10
ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang
diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat
rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 =
19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini
diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil
kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han
tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai
pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
Pada saat pemberian pakan tambahan, tambahkan Migro Suplemen 10 ml ke
dalam 3 kg pakan (aplikasi dilakukan setiap kali pemberian pakan) dicampur
dengan air secukupnya.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem dan
intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input
yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar.
Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda.
Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,yaitu
a) Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)
- Sistem ekstensif merupakan
sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input produksinya sangat
sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di
sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya
kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga
sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah
dipopulerkan di wilayah desa miskin.
- Pemupukan tidak diterapkan
secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti
sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).
- Perkiraan pemanenan tidak
tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil
pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap.
Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang
berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian
beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai 1.000
kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian
dilakukan seminggu sekali.
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
b) Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
- Pemeliharaan semi-intensif
dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung.
Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah
dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.
- Prasarana berupa saluran
irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain
itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di
sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi
atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak
lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih
gelondongan besar.
- Budi daya ikan nila secara
semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara
polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi
karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
- Sistem semi-intensif juga
dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola
bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal usaha
ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran
ternak menjadi pupuk untuk kolam.
- Usaha tani kangkung, genjer
dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran
menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan
kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
- Usaha huler/penggilingan
padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu,
sebaiknya dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.
- Hasil penelitian Balai
Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton
atau lebih per 1 ha/tahun.
c) Sistem intensif (teknologi maju)
- Sistem pemeliharaan
intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi
sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
- Pemeliharaan dapat
dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian
air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan.
Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
- Pada usaha intensif, benih
ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan
juga harus bermutu.
- Ransum hariannya 3% dan
berat biomassa ikan per hari. Makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar
protein 25-26%, lemak 6-8%.
Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh
teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang
diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
dalam waktu 5 menit berarti
ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan
kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a) Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi
benih karena sengatannya. Pengendalian:
menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b) Ucrit (Larva
cybister)
Menjepit badan
ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian:
sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c) Kodok
Makan telur
telur ikan. Pengendalian: sering
membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
d) Ular
Menyerang benih
dan ikan kecil. Pengendalian:
lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
e) Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
f) Burung
Memakan benih
yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam;
diberi rumbai-rumbai atau tali
penghalang.
7.2. Penyakit
a) Penyakit pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah
warna dan tubuh berlendir. Pengendalian:
(1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter
air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.
(2) direndam
dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
b) Penyakit pada insang
Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang
pucat/keputihan. Pengendalian: sama dengan di atas.
c) Penyakit pada organ dalam
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
Gejala: perut ikan bengkak, sisik
berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian:
sama dengan di atas. Secara umum
hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada
budidaya ikan nila:
a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap
selesai panen.
b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas
penyakit.
c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan
melebihi kapasitas.
d) Sistem pemasukan air yang
ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
f) Penanganan saat panen atau
pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
g) Binatang seperti burung,
siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit
jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
8. PANEN
Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen
sebagian.
a) Panen total
Panen total
dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm.
Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan
dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau
scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk
menghindari lukanya ikan.
b) Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif
dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran
tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah
ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat
jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat
dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
9. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan
dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
a) Penanganan ikan hidup
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
Adakalanya
ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup.
Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan
hidup, segar dan sehat antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu
rendah sekitar 20 oC.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau
sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan
tidak terlalu padat.
b) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas
merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan
untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar
ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih
dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus
bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat
digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk
pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas
kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
3. Ikan
diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 oC. Gunakan es berupa
potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1.
Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan
es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara
ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup
kotak.
c) Sedangkan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1) Benih ikan harus dipilih
yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu,
benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau
keramba (sistem terbuka).
2) Air yang dipakai media
pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik
lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3) Sebelum diangkut benih ikan
harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak
yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat
dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak
pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran
3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4) Berdasarkan lama/jarak
pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
Dilakukan untuk
mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat
pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan
dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh
yang memerlukan waktu lebih dari 4-5
jam,
menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan
yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong
plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke
permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik
sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik
lalu diikat. (5) kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur
atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50
m dapat diisi 2 buah kantong plastik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin
25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik,
tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar
perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi
larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam
bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain
itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm
selama 3 hari
berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin
sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan
di kolam budidaya.
10. GAMBARAN
PELUANG AGRIBISNIS
Dengan adanya luas perairan
umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas
hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi
pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Disamping itu banyak
potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam
hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit
dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan
dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.
ikan nila dan ikan air
tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Apabila pasaran lokal ikan nila mengalami kelesuan, maka akan sangat
berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir
di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan nila boleh dikatakan hampir tak
ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor
permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan
merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
Sumber:
1.
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
MIG
Corp.